Tugas Berat ‘Anak Coki’, Si Bocah yang Selalu Joget di Depan Perahu Saat Melaju di Festival Pacu Jalur Riau

Ilustrasi Festival Pacu Jalur di Riau ( Foto: Ist/laman Kemenparekraf)

kontenkalteng.com, Palangka Raya-Beberapa waktu lalu viral di media sosial  anak kecil yang selalu berjoget di ujung paling depan perahu panjang yang sedang melaju saat didayung oleh puluhan orang dewasa yang tengah berlomba ditengah sungai.

Baca juga: Aman Berkendara Saat di Jalan Tol, Ini 6 Tips Yang bisa Diikuti

Nampak jelas, walau tanpa alat pengaman, si bocah yang menggunakan pakaian adat ini lincah berjoget ria tanpa takut tercebur.

Guys, ternyata bocah cilik itu mempunyai tugas yang cukup berat saat bertugas. Melansir laman Kemenparekraf, anak kecil yang disebut ‘bocah coki’ itu adalah merupakan satu kesatuan dari peserta lomba atau bisa disebut peserta jalur di Provinsi Riau.

Dalam satu peserta satu jalur biasanya menampung 50-60 orang (anak pacu), dan setiap orang di perahu memiliki tugas masing-masing.

Tukang Concang (komandan atau pemberi aba-aba), Tukang Pinggang (juru mudi), dan Tukang Onjai (pemberi irama dengan cara menggoyang-goyangkan badan), dan terakhir adalah Tukang Tari atau Anak Coki yang berada di posisi paling depan.

Biasanya posisi Tukang Tari hampir selalu diisi oleh anak-anak. Alasannya karena anak-anak memiliki berat badan yang tergolong ringan. Dengan begitu, perahu tetap bisa melaju dengan lincah.

 Uniknya, gerakan yang dilakukan Anak Coki memiliki makna tersendiri. Anak Coki menari di depan jalur kalau perahu yang dikendarainya unggul. Kalau sudah sampai garis finish, Anak Coki akan langsung sujud syukur di ujung perahu.

Dalam Festival Pacu Jalur yang digelar pada 23-27 Agustus 2023, dan diikuti 193 jalur yang berasal dari Kabupaten Kuansing, serta berbagai Kabupaten lainnya yang berada di Riau.

Pacu Jalur merupakan tradisi budaya turun-temurun yang diwariskan lebih dari 100 tahun oleh nenek moyang masyarakat Kuansing. Pada abad ke-17, jalur hanya digunakan sebagai alat transportasi bagi masyarakat yang tinggal sepanjang aliran Sungai Kuantan.

Seiring berjalannya waktu, jalur-jalur yang digunakan sebagai alat transportasi tersebut semakin berkembang. Baik itu muncul jalur yang dihias dengan ukiran indah dan khas, dilengkapi payu, selendang, tiang tengah (gulang-gulang), serta lambai-lambai (tempat khusus bagi juru mudi berdiri).

Pada awalnya, Pacu Jalur diselenggarakan untuk merayakan hari raya agama Islam, seperti Hari Raya Idulfitri di Riau.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, di masa penjajahan Belanda, Pacu Jalur digunakan untuk merayakan hari jadi Ratu Wilhelmina setiap tanggal 31 Agustus. (OR1)