Yuk, Kenalan dengan Don Hasman: Fotografer Pengelana Lintas Zaman

Don Hasman (foto: hallo.id)

Pria sepuh berusia 80 tahun ini biasa dpanggil Om Don. Terlahir dengan nama Don Hasman, ia kelahiran 7 Oktober 1940, adalah seorang tokoh fotografi legendaris Indonesia dan tokoh etnofotografi Indonesia.

Baca juga: Yuk, Kita Mengenal Berbagai Genre Fotografi Populer

Dilansir dari laman resmi Kemenparekraf RI, Om Don mengaku mulai tertarik dengan dunia fotografi pada tahun 1951 setelah melihat sang kakak yang sudah duluan pegang kamera. 

“Dari situ, saya mulai ‘curi-pinjam’ kamera Kakak. Dan saya tekuni terus selama kurang lebih 3 tahun. Baru pada tahun 1953 dan 1954, saya makin mendalami dunia fotografi,” ujar Don Hasman.

Don Hasman kemudian mulai menjelajah daerah Jawa Barat. Awalnya, objek yang difoto halaman rumahnya sendiri. Mendekati 1971. Dia kemudin  berkunjung ke Indonesia bagian timur, tepatnya ke Timor Timur (sekarang Timor Leste).

 Don juga sempat mampir ke Kupang. Di sana, Don Hasman bertugas menjadi fotografer untuk KTP (Kartu Tanda Penduduk) yang saat itu masih hitam-putih dan ukuran fotonya sangat kecil.

Dia kemudian menyebrang dan melakukan perjalanan ke Australia. Don Hasman mengaku pernah menetap di Darwin selama 2 tahun sambil mencari-cari pekerjaan di peternakan atau perkebunan.

Salah Satu Hasil Karya Don Hasman(dok. Laman Kemenparekraf RI)

Kembali ke Indonesia, sekitar Tahun 1955 Don Hasman bergabung menjadi wartawan untuk Tabloid Mutiara. Saat itu Don Hasman banyak menggunakan film slide. 

Baru pada 2003, Don Hasman mulai memakai kamera digital pada 2003, merek Canon. “Setelah menggeluti dunia fotografi selama 12 atau 13 tahun, saya semakin cinta,” tambahnya.

Soal fotografi, Don mengaku punya pemahaman sendiri. Menurut Don, fotografi adalah bagaimana seorang fotografer mengambil gambar sesuai dengan apa yang mata lihat. Dan Don Hasman berpendapat bahwa gambar yang baik bukan karena perangkat yang digunakan oleh seorang fotografer, tapi yang terpenting adalah bagaimana gambar yang dihasilkan dari mata seseorang di balik kamera.

“Kalau soal mutu gambar, kita melihat apa yang ada di depan lensa. Setiap fotografer harus paham mau ambil gambar yang seperti apa. Fotografi adalah to take a picture as your eyes see it,” tegas Don.

Untuk diketahui, dalam istilah umum Etnofotografi adalah penggunaan fotografi sebagai metode analisis kebudayaan, tata hidup, pengaturan dan komunikasi dalam kehidupan sehari- hari.Elemen-elemen fotonya bisa menggambarkan struktur sosial, kelas sosial, dan simbol-simbol budaya lainnya.

Don Hasman mengaku memiliki penilaian yang ketat dalam menilai sebuah gambar. Menjadi juri sebanyak lebih dari 200 kali untuk lomba fotografi, Don Hasman mengaku menyukai foto yang apa adanya dan tidak di-setting. Menurut Don, dia berhak menilai foto sesuai dengan seleranya dan itu tidak boleh dipermasalahkan.

“Fotografi itu, kan, selera mata dan tidak perlu diperdebatkan.  Kalau saya suka, tapi orang lain tidak suka, ya, tidak usah dipermasalahkan. Begitu juga sebaliknya. Kalau saya bilang foto ini jelek, tapi orang lain bilang bagus, ya, terserah masing-masing saja. Selera orang tidak bisa dipaksa,” ujar Om Don tegas.

Memang diakuinya, bila datang ke suatu tempat, ia bisa memfoto antara 4.000 hingga 8.000 foto. Namun, kadang harus tahu batasannya. Untuk mencari yang terbaik. “Biasanya saya akan lihat dulu 10 foto, lalu saya pilih satu saja yang akan disimpan,” ujar Om Don 

Menariknya, semua perjalanan yang dilakukannya pasti diabadikan dengan kameranya. Sehingga, tidak heran jika banyak yang menjulukinya sebagai “Bapak Etnofotografi Indonesia”. (OR2)