Kisah Buruh Panen di PT. Sinar Mas Group, Bercita-cita Punya Kebun Sawit Sendiri

Zakaria nampak menunjukan buah sawit hasil panen di perkebunan kelapa sawit PT. Tapian Nadenggan (Sinar Mas Group) di Kabupaten Katingan (foto: kontenkalteng.com)

kontenkalteng.com, Palangka Raya-Disiang nan terik, sebuah sepeda motor yang telah uzur meraung-raung ditengah perkebunan kelapa sawit. Asap hitam nampak keluar dari knalpot kuda besi yang tak lagi lengkap tampilannya itu.

Baca juga: Jalur Kemitraan Percepat Program Peremajaan Sawit Rakyat

Dibagian buritan, menempel  gerobak sederhana terbuat dari pipa besi yang dirangkai dan miliki dua roda,  difungsikan untuk mengangkut  beberapa janjang kelapa sawit hasil dari panen.

Zakaria (39) sang pemilik sepeda motor kelihatan piawai saat mengendalikan tunggangannya agar tak ‘nyungsep’  dijalan berlobang ketika bermuatan kelapa sawit diperkebunan milik  PT Tapian Nadenggan (Sinar Mas Group) di Kabupaten Seruyan.

Keringat deras yang keluar dari sekujur tubuhnya tak lagi dihiraukannya, dia terus memacu kendaraannya agar sampai didepan jalan utama, tempat nantinya truk pengangkut sawit akan  mengambil hasil panen miliknya.  

Dia berkilah, menggunakan sepeda motor ini agar lebih cepat pengangkutannya. Tapi kalaupun tidak bisa, terpaksa harus menggunakan gerobak kecil yang memiliki satu roda atau biasa disebut ‘Arco”.

Dalam satu hari, warga Kecamatan Pembuang Hulu, Kabupaten Seruyan, Kalteng  itu, mulai kerja memanen buah sawit dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Zakaria mengaku bisa panen di areal seluas 4 hektar (Ha) dengan hasil mencapai 150 janjang buah sawit.

“Biasanya saat memanen kita melihat posisi buah, apakah ada brondolannya yang berwarna merah itu sudah jatuh  ketanah atau belum.  Bila tak ada tanda-tanda itu kita tak bisa memanennya karena tandanya buahnya belum matang,”terangnya.

Dia mengku sudah hampir 5 tahun bekerja sebagai buruh pemanen kelapa sawit di PT. Tapian Nadenggan  (Sinar Mas Group) dengan rata-rata penghasilan mencapai Rp 7-8juta perbulan.

Tak hanya dirinya, sang istri juga ikut membantu mencari nafkah sebagai pembrondol yang tugasnya pengutip buah sawit yang jatuh ditanah dengan penghasilan mencapai Rp 3-4 juta perbulan. Jadi selama sebulan pasutri ini total bisa menghasilkan uang Rp. 10 juta.

“Kami dikampung memang sedang menabung untuk membeli tanah dengan harapan kami juga punya kebun sawit sendiri,”ujar Zakaria tersenyum.

Pekerja saat melakukan panen buah saiwit di PT. Tapian Nadenggan, Kabupaten Seruyan (foto:kontenkalteng.com)

Sementara itu Dimas Pramuja, staf dari PT. Tapian Nadenggan (Sinar Mas Group) menambahkan, diperusahaan tempatnya bekerja,  pohon sawit ini sudah ditanam sejak Tahun 2005 atau sudah berusia 18 tahun.

“Untuk Tahun 2023 ini,  kami menargetkan dalam 1 Ha menghasilkan 27 ton. Sedangkan pekerja dibagi pemanen yang bisanya kaum pria dan pembrondol buah yang didominasi kaum wanita,”jelasnya.(Dhan-OR1)