Struktur hexagonal yang telah diikat fragmen karang dan diinstalasi di lokasi restorasi
Kontenkalteng – Sulawesi Selatan – Ekosistem terumbu karang sangat rentan mengalami kerusakan. Penyebab kerusakan terumbu karang, yaitu akibat dari kegiatan manusia dan pengaruh dari alam. Kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan manusia merupakan ancaman utama bagi keselamatan terumbu karang. Menyadari hal tersebut, pemerintah mempunyai tanggung jawab dan komitmen untuk menjaga kelestarian terumbu karang dari berbagai ancaman. Agar terumbu karang bisa terjaga, pulih, dan dimanfaatkan secara lestari maka diperlukan upaya peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Pengelola Kawasan Konservasi melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) Restorasi Terumbu Karang. Hal ini disampaikan Ketua Panitia Bimtek Restorasi Terumbu Karang Chora Mustika saat penutupan kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Karebosi Premier Makasar Sulawesi Selatan, Rabu (4/9/2024).
Baca juga: Disebut Maldives-nya Indonesia, Ini 5 Fakta Menarik Pulo Cinta Gorontalo
Kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Konservasi Ekosistem dan Biota Perairan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (PKRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah dimulai sejak tanggal 2 September 2024 lalu. Pemprov Kalteng melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Prov. Kalteng mengirimkan perwakilannya, yaitu Restuah dan Sabam Parsaoran S., sebagai salah satu upaya peningkatan kompetensi SDM Pengelola Kawasan Konservasi Kalteng.
Bimtek ini menghadirkan narasumber dari Universitas Hasanuddin yaitu Abdul Haris dan Syafyudin Yusuf serta dari PT. MARS Symbioscience Indonesia yaitu Lily Damayanti. Dalam paparannya, Haris menjelaskan pentingnya ekosistem terumbu karang, kondisi terumbu karang sekarang yang dalam bahaya dan berbagai metode restorasi terumbu karang.
“Metode yang paling banyak digunakan dalam restorasi terumbu karang adalah transplantasi karang, sedangkan metode yang paling murah dan mudah adalah stabilisasi substrat dan metode dengan tingkat keberhasilan (survival rate) tertinggi adalah coral micro fragmentasi,” ujar Haris. (Sur/OR1)