Kisah Perjuangan Sarminah, Pembuat Bata Merah dari Desa Banturung Palangka Raya

Sarminah nampak tengah membuat batubata di Desa Banturung, Kecamatan Bukit Batu, Palangka Raya, Jumat,24/3/2023. (foto: kontenkalteng.com)

Palangka Raya-Berbadan legam akibat terik matahari, Sarminah (45) pagi itu tampak asik bekerja di tanaha lapang samping lokasi pembakaran bata merah di Desa Banturung, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya, Kalteng.

Baca juga: Kisah Mistis Saat Berkendara Malam Hari di Jalan Trans Kalimantan

Mengenakan hijab ungu dibalut kaos lengan panjang warna biru, dia nampak asik berada di tempat kerjanya berupa meja sederhana terbuat dari kayu berukuran kecil yang difungsikan untuk alas meletakan tanah liat dan juga untuk proses mencetak batubata.

Demi menghindari teriknya panas matahari, tak lupa dia membuat atap penutup yang terbuat dari robekan bekas terpal plastik.

Dia kemudian mengambil  seonggok tanah liat untuk dimasukan kedalam cetakan bata yang terbuat dari kayu berbentuk segi empat menyerupai batubata.

Tangan mungilnya nampak cekatan mengolah dan memasukan tanah liat kedalam cetakan dan… tak sampai 1 menit batu bata sudah cetak sudah jadi. Iapun bergegas meletakan batu bata yang sudah jadi itu diatas tanah lapang untuk dijemur.

Proses pembakaran batubata di Desa Banturung, Palangka Raya. (foto:kontenkalteng.com)

“Biasanya untuk proses penjemuran setelah dicetak, kalau panas terik sekali dibutuhkan 3-4 hari, tapi kalu ada hujan bisanya bisa sampai 1 minggu,”cerita Sarminah,Jumat (24/3/2023).

Setelah kering kemudian batubata ditumpuk hingga menyerupai tungku untuk kemudian dibakar dengan menggunakan kayu bakar selama 3 hari berturut-turut tanpa jeda baru setelah itu dijual.

Sarminah yang berasal dari Kebumen, Jawa Tengah ini mengaku sebagai pekerja pembuatan batubata dia mendapatkan upah sebanyak Rp 140 ribu untuk setiap batubata yang dicetaknya.

Dengan dibantu sang suami yang bertugas sebagai pengaduk campuran tanah liat, dalam satu hari terkadang dia bisa menghasilkan 1000 hingga 1.500 batubata.

“Namanya juga merantau, jadi apapun kita kerjakan untuk bertahan hidup disini bersama suami karena ketiga anak saya semuanya berada di Jawa,”ujarnya.

proses pemindahan batubata dari kedalam truk untuk dijual (foto:kontenkalteng.com)

Untuk diketahui, lokasi pembuatan batubata di Desa Banturung ini adalah satu-satunya yang berada di Palangka Raya.

Sebenarnya para pengerajin batubata ini sekitar Tahun 1980 an mereka  berada di sekitar bantaran Sungai Kahayan, Jalan Arut Palangka Raya. Lokasi mereka bekerja dikenal dengan nama komplek pembataan.

Namun dengan seiiringnya waktu, akhirnya oleh pemerintah mereka dipindahkan ke Desa banturung yang berjarak sekitar 28 kilomtere dari Palangka Raya.(Dhan-OR2)