Mengenal Sasando, Alat Musik Tradisional Asal NTT yang Kini Mendunia

Alat musik Sasando saat dimainkan oleh pemusik (Ist)

kontenkalteng.com, Palangka Raya-Wujud alat music tradisional yang memainkannya dengan cara dipetik itu sangat unik. Terbuat dari daun lontar yang melengkung, berbentuk setengah lingkaran, sasando adalah alat music asli dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca juga: 5 Band Indonesia Beraliran World Music Ini Sudah Go Internasional

Dari bentuknya, alat music ini akan menarik perhatian siapa saja yang melihatnya. Dari segi suara, melansir laman resmi kemenparekraf, resonansi yang dihasilkan daun lontar menghasilkan suara yang khas, dan tidak bisa ditemukan pada alat musik lainnya. Petikan sasando menghasilkan suara yang sangat indah, romantis dan sangat khas.

Popularitas sasando di dunia tidak bisa dilepaskan dari sosok bernama Djitron Pah, yang mengenalkan sasando ke dunia lewat ajang Asia’s Got Talent (2015). Melalui ajang pencarian bakat tersebut, Djitron Pah berhasil membawa sasando mendunia melalui rangkaian tur ke Amerika Serikat, Rusia, Inggris, Belanda, Italia, Finlandia, Jerman, hingga Taiwan.

Setidaknya ada tiga jenis sasando yang populer, yaitu sasando gong, sasando biola, dan sasando elektrik.

Pertama, sasando gong khas Pulau Rote, yang merupakan sasando autentik dengan 12 dawai dari tali senar nilon sehingga ketika dipetik akan menghasilkan suara mengalun, lembut, dan merdu.

Jenis sasando ini kerap dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu tradisional masyarakat Rote.

Kedua, jenis sasando biola. Konon, sasando biola mulai berkembang di Kupang pada akhir abad ke-18. Alat musik petik ini merupakan hasil modifikasi dari Edu Pah, pakar pemain sasando. Bedanya dengan sasando gong, sasando biola bentuknya yang lebih besar dan memiliki 48 buah dawai.

Kemudian terakhir enis sasando elektrik. Alat musik ini pertama kali diciptakan oleh Arnoldus Edon pada 1960-an.

Alasannya karena sasando tradisional hanya bisa didengarkan pada jarak dekat saja, sehingga perangkat elektronik ditambahkan agar suaranya bisa didengar lebih jauh.

Umumnya, sasando elektrik terdiri dari 30 dawai. Badan sasando tetap menggunakan daun lontar untuk mempertahankan bentuk aslinya.

Perbedaan sasando elektrik terdapat pada spul atau transduser yang mengubah getaran dawai menjadi energi listrik, yang kemudian masuk ke dalam amplifier untuk menghasilkan suara yang lebih kencang.(OR1)