Bencana

Ilustrasi PNGEgg

Pada bencana tidak perlu pamrih, pamer, dan kepentingan politik dikelindankan. Bencana adalah momen menguji kemanusiaan kita, melepaskan segala atribut politik, suku, agama, untuk mengulurkan tangan bagi mereka yang bernasip malang –nasip yang tak siapa pun menghendaki.

Baca juga: Pemprov Kalteng Segera Tindaklanjuti Arahan Presiden Terkait Penanggulangan Bencana

Di Cianjur kritik  bermunculan ketika sejumlah pemberi bantuan berfoto dan menorehkan berapa rupiah yang mereka sumbang –sebuah tindakan yang seakan menunjukkan mereka adalah “hero” kendati pada akhirnya itu lebih mengesankan pamrih.

Setiap bencana selalu ada yang melihatnya sebagai peluang untuk sebuah kepentingan pribadi atau kelompok. Bahwa yang mereka sumbangkan itu telah tertera cap-cap lembaga mereka, itu sudah jauh lebih dari cukup. Namun, memamerkannya ke mana-mana, melalui media sosial dengan latar belakang korban, merupakan perbuatan tak beretika.

Di Cianjur kita melihat bantuan mengalir, di tengah sejumlah riak masyarakat, mencegat, dan menjarah  -hal yang tak dibenarkan. Penjarahan terhadap bantuan menunjukkan ketaksigapan aparat keamanan mengatasi hal-hal demikian. Semestinya untuk hal-hal demikian, Pemerintah setempat telah mengantisipasinya. 

Belajar dari Cianjur,  pada daerah rawan bencana tak hanya diajarkan semata mitigasi bencana, juga melatih dan menyiapkan aparat keamanan agar bisa  bertindak cepat mengatasi masyarakat yang bertindakn anarki karena bantuan yang lambat atau alasan lain. Dari bencana banyak hal yang bisa dipetik. Dan landasan semuanya itu semestinya hanya satu: kemanusiaan. (Baskoro)