WAWANCARA : Inflasi, Kenaikan BBM dan Pertumbuhan Ekonomi di Kalteng

Kepala Kantor Perwakilan BI Kalteng Yura Djalins

Pemerintah  telah melakukan kenaikan harga harga bahan bakar minyak (BBM) petrtalite, solar, dan petamax , Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB lalu.

Baca juga: WAWANCARA : “Tekan Inflasi, Harga Beras Harus Dikendalikan”

Kenaikan harga ini sontak membuat naiknya harga kebutuhan warga  dan berimbas menurunnya daya beli masyarakat, terutama masyarakat bawah. 

Untuk antisipasi, sejumlah program diluncurkan pemerintah seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Bantuan Subsidi Upah (BSU).

Untuk mengetahui sejauh mana akibat kenaikan harga BBM dan apa dampaknya bagi masyarakat Kalteng, Konten Kalteng.com melakukan wawancara dengan Kepala Perwakilan BI Kalteng Yura Djalins beberapa waktu lalu, berikut petikannya.

Apakah penyesuaian (kenaikan) harga BBM akan berdampak dengan inflasi?

Jelas berpengaruh. Penyesuaian harga BBM subsidi oleh Pemerintah secara langsung akan berdampak pada kenaikan inflasi pada kelompok transportasi. 

“Kami prakirakan inflasi secara tahunan (yoy) pada September masih dalam rentan terkendali pada kisaran 7%, dan kembali akan menurun di bawah 7% pada Oktober”

Menurut anda, Adakah factor lain yang bisa menekan laju inflasi?

Saat ini sedang berlangsung musim panen komoditas pangan dan hortikultura baik di sentra produksi Jawa maupun di Kalteng. Oleh karena itu, kelompok makanan, minuman dan tembakau yang memiliki bobot sangat besar terhadap perhitungan inflasi diprakirakan dapat menahan kenaikan inflasi lebih lanjut.

Terus bagi masyarakat Kalteng, apa dampak yang dirasakan secara langsung?

Secara umum, kenaikan inflasi tentunya akan berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat khususnya pada kelompok tertentu seperti pekerja dengan penghasilan tetap.

Menurut Anda, dengan kondisi ini apakah angka kemiskinan di Kalteng akan meningkat? 

Diprakirakan tidak akan berdampak lebih lanjut pada kemiskinan. Hal ini dipengaruhi oleh kinerja sektor utama Kalteng baik dari sektor pertanian, industri pengolahan, dan tambang ke juga terpantau tetap baik. Begitu pula konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap baik didukung pengalihan alokasi subsidi yang lebih tepat sasaran

Untuk diketahui, dari data BI Kalteng, Kinerja ekonomi Kalteng pada triwulan II 2022 tetap tumbuh tinggi sebesar 7,31% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,32% (yoy).

Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan regional Kalimantan maupun nasional yg masing-masing sebesar 4,25% (yoy) dan 5,44% (yoy).

Agar dampaknya (kemiskinan)  tak semakin meluas apa yang mesti dilakukan pemerintah? 

Kondisi ini telah diantisipasi oleh pemerintah dengan pengalihan alokasi subsidi baik dalam bentuk BLT (bantuan langsung tunai) untuk rumah tangga rentan, BSU (bantuan subsidi upah) untuk tenaga kerja serta subsidi transportasi.

“Ini  dimaksudkan  tentunya untuk mengarahkan agar subsidi lebih tepat sasaran sehingga penurunan daya beli dapat tertahan”.

Saat ini Pemerintah Provinsi Kalteng sudah melakukan langkah antisipasi, apa saja yang telah dilakukan?

Sebagaimana arahan Gubernur Kalteng (Sugianto Sabran)  bahwa pada jangka pendek, BI dan  TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah)  akan menggencarkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Sekuyan Lombok,operasi pasar dan sidak pasar se-Kalteng.

“Ini semua dilakukan untuk menahan kenaikan inflasi lebih lanjut dari sisi kelompok makanan khususnya pangan bergejolak”

 Apa sasarannya? 

Tujuannya tentu untuk menjaga keterjangkauan harga dan ketersediaan pasokan. Pada kelompok transportasi. 

Pemprov Kalteng juga sudah melakukan komunikasi dengan pihak terkait agar ada penerbangan tambahan sehingga normalisasi harga tiket pesawat diharapkan tetap berlanjut.(Sur - OR1)