WAWANCARA : “Tekan Inflasi, Harga Beras Harus Dikendalikan”

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalimantan Tengah, Taufik Saleh

kontenkalteng.com,Palangka Raya-Ancaman lonjakan harga beras yang melanda dunia saat ini kian nyata. Bahkan Presiden Joko Widodo juga telah mengingatkan soal rencana dari 19 negara yang akan menghentikan ekspor beras mereka.

Baca juga: Sekda,Satgas Pangan dan TPID Kalteng Sidak Pasar Pantau Stok dan Harga Pangan

Bila itu yang terjadi, maka akan berimbas dengan naiknya harga beras didalam negeri yang kini mulai dirasakan masyarakat. Kenaikan ini tentu akan merambat pada kenaikan harga kebutuhan pokok  masyarakat lainnya.

Lantas bagaimana dengan Kalimantan Tengah?. Mengutip laman resmi Bank Indonesia (BI) www.bi.go.id,  harga beras di Kalimantan Tengah Kamis (21/9/2023) untuk jenis beras medium I  dipatok Rp16.400 per kg, beras medium II  dipatok Rp15.550 per kg. Kemudian untuk kualitas super I dipatok Rp27.150 per kg dan harga beras kualitas super II  Rp22.240 per kg.

BI Kalimantan Tengah juga mencatat, produksi padi didaerah ini pada triwulan II  2023 mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 17% (year on year/yoy) dibandingkan produksi triwulan I 2023 yang telah terkontraksi sebesar 4% (yoy).

Penurunan produksi padi ini didorong oleh penurunan luas lahan sawah yang kian terjadi dampak wabah tungro dan curah hujan tinggi pada tahun sebelumnya. Di sisi lain, terdapat penurunan produksi palawija khususnya untuk komoditas jagung dan ubi kayu.

Untuk mengetahui apa langkah antisipasi yang harus dilakukan dan solusi apa yang mesti diambil agar kenaikan harga beras dampaknya bagi masyarakat Kalimantan Tengah  bisa diminimalisir, wartawan www.kontenkalteng.com melakukan wawancara dengan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalimantan Tengah,  Taufik Saleh pada Selasa (19/9/2023) lalu.  Berikut petikannya.

Apakah Anda melihat kebutuhan lain juga ‘latah’ ikutan naik dengan kenaikan harga beras? 

Kalau harga beras naik berkepanjangan, maka secara alamiah akan tertransmisi ke komoditas yang menggunakan beras sebagai bahan baku utama.

Misalnya harga makanan jadi seperti  nasi soto, nasi kuning, nasi uduk, nasi goreng dan aneka  makanan yang disajikan restoran, warung dan pasar

Ini artinya Apa?

Artinya apabila harga makanan naik, maka akan mendorong kenaikan inflasi inti (core inflation).

“Masyarakat menyebutnya biaya hidup lebih mahal. Ini perlu diwaspadai, karena mendorong upah buruh, gaji pegawai dan tarif jasa meningkat,”.

Untuk diketahui, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dan Perum Bulog akan mengalokasikan  untuk 117.503 penerima bantuan pangan beras tahap kedua dengan total bantuan beras sekitar 1.175 ton per bulannya.

Bantuan tahap II selama tiga bulan alokasi meliputi September, Oktober, dan November 2023.  Nantinya setiap Penerima Bantuan Pangan mendapatkan masing-masing 10 kilogram beras per alokasi penyaluran.

Sementara itu data Badan Pusat Statistik (BPS)  Kalimantan Tengah menyebutkan jumlah penduduk miskin tahun 2022 mencapai 145 ribu jiwa, terbanyak di Kabupaten Kotawaringin Timur 27 ribu jiwa. Angka tersebut mengalami kenaikan  bila dibandingkan pada tahun 2021 yang mencapai 140 ribu jiwa.

Warga Palangka Raya nampak membeli  beras murah yang dilakukan oleh pemerintah (Dok. kontenkalteng.com)

Apakah Bank Indonesia melihat kenaikan harga beras akan mengganggu  pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Tengah? Berapa angka inflasi yang bakal terjadi?

Inflasi di Kalimantan Tengah tahun 2023 diperkirakan masih di kisaran 3%, sehingga sesuai dengan target inflasi. Kondisi perekonomian Kalimantan Tengah pada  triwulan III 2023 juga berpotensi lebih baik dibanding triwulan sebelumnya, sehingga dapat tumbuh di kisaran 3 persen.

“Diharapkan tidak terjadi lonjakan inflasi pada September hingga Desember 2023. Sebab pertumbuhan ekonomi Kalteng dipengaruhi banyak faktor, terutama ekspor, investasi dan pengeluaran pemerintah,”.

Apa dampaknya bila inflasi naik? Apa yang mesti dilakukan?

Inflasi apabila tinggi akan menggerus daya beli masyarakat, menurunkan belanja rumahtangga, sehingga bisa menekan pertumbuhan.

Namun apabila Pemda memperbesar ekspansi fiskalnya Seperti peningkatan pengeluaran anggaran pemerintah/ pemda, misalnya pemberian bansos, belanja proyek dan belanja rutin,ini akan berpotensi mengimbangi melemahnya permintaan masyarakat.

Dalam jangka pendek, apa yang harus dilakukan pemerintah daerah untuk mengantisipasi semua ini?

Sejumlah langkah bisa dilakukan seperti antara lain memastikan cadangan beras pemerintah (CBP) aman atau mencukupi untuk kebutuhan beberapa bulan ke depan.

Selain itu juga rutin melakukan operasi pasar beras dengan harga lebih rendah dari pasar. Hal ini untuk mengurangi tekanan permintaan beras di pasar-pasar dan mendorong harga kembali normal.

“Jadi harus juga Aktif melakukan sidak ke pasar-pasar dan distributor agar tidak terjadi penimbunan barang”.

Selain itu apabila apabila masih ada bantuan sosial dari Pemda agar diwujudkan dalam pemberian bantuan pangan seperti beras, gula pasir.

Pemerintah juga diharapkan melakukan dukungan subsidi ongkos angkut untuk mendatangkan beras dari sentra produksi, sehingga harga lebih rendah dibanding harga pasar.

Jangka Panjang? 

Untuk jangka menengah panjang agar mendorong perluasan lahan padi dengan pemberian insentif bagi petani.

“Kenaikan harga beras harus segera dicarikan solusinya dan dilokalisir  dampaknya agar jangan merembet ke komoditas lainnya. Beras sangat penting, maka harganya harus dikendalikan untuk kesejahteraan rakyat”. (Dhanny-OR2)