Membangunkan 'RaksasaTidur' Industri Pariwisata Kalimantan Tengah

Ilustrasi (net)

kontenkalteng.com, Palangka Raya-Menggerakkan pariwisata di Kalimantan Tengah ibarat membangunkan raksasa yang sedang tidur pulas. Diperlukan kemauan dan komitmen agar industri ini bisa bangun, bergerak dan bekerja.

Baca juga: OPINI : Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah

Industri pariwisata merupakan sektor yang terdampak langsung akibat gempuran covid-19.

Keperkasaan virus ini hampir meluluhlantakkan pariwisata disemua belahan dunia tak terkecuali Indonesia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis 1 Juli 2020 mencatat, jumlah kunjungan wisatawan mancana negara ke Indonesia pada Mei 2020 turun drastis hingga 86,90 persen bila dibandingkan kunjungan pada Mei 2019 saat sebelum pandemi covid-19.

Kemenparekraf juga menyebutkan, kunjungan wisatawan ke Indonesia sebelum pandemi mencapai sekitar 18 juta orang, sedangkan pada 2020 turun drastis hanya 2-4 juta wisatawan

Kondisi yang sama juga terjadi di Kalimantan Tengah. Industri ini sering dianggap sebagai ‘warganegara kelas dua’ bila dibandingkan dengan sektor lain yang lebih dominan seperti batubara, bauksit juga crude palm oil (CPO) dari Industri kelapa sawit.

Padahal tak gampang untuk membangunkan pariwisata di Kalimantan Tengah. Industri yang dengan susah payah dibangun itu terpaksa harus ‘tutup toko’ saat pandemi akibat sepinya kunjungan wisatawan.

Kepala perwakilan BI Kalteng Taufik Saleh mengakui saat ini pariwisata di Kalimantan Tengah memang telah dikembangkan. Namun tantangannya terlalu besar.

"Dalam jangka panjang saya kira Kalimantan Tengah harus melakukan perubahan stuktur ekonomi tidak hanya mengandalkan SDA seperti batubara atau bauksit atau kelapa sawit" ujarnya, Selasa(12/9/2023).

Belum dianggap sebagai sektor andalan

Lantas apa penyebab pariwisata di Kalimantan Tengah hingga sekarang ini masih jalan ditempat dan sulit berkembang? .

Semua berawal dari pengambil keputusan di daerah ini yang kebijakannya masih bertumpu pada dua sektor andalan penggerak roda perekonomian Kalimantan Tengah, yaitu bersumber dari pemanfaatan sumber daya alam (SDA) seperti tambang batu bara dan bauksit.

Namun Ketika kedua ‘mesin uang’ itu meredup akibat melemahnya permintaan batubara yang disebabkan peningkatan ekspor oleh negara pesaing serta peningkatan produksi domestik negara mitra dagang jelas berdampak bagi Kalimantan Tengah.

Data Bank Indonesia Kalimantan Tengah menyebutkan, triwulan II 2023, ekonomi Kalimantan Tengah semakin turun dan hanya tumbuh 2,96% (yoy) bila dibandingkan dengan triwulan 1 2023 yang mencapai 3,22% (yoy).

Dengan melihat angka itu, tentu para pemangku kepentingan harus memutar haluan dengan tak hanya bertopang dari mengekspolitasi SDA namun juga membangun dan mengembangkan pariwisata diprovinsi yang mempuyai luas 15,3 juta hektar itu.

Meningkatkan daya saing dan struktur industri pariwisata

Banyak destinasi wisata yang telah ada dan memerlukan’tangan dingin’ untuk mengembangkan sehingga bisa menggerakan ekonomi masyarakat yang muaranya meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan warganya.

Sebut saja Taman Nasional Tanjung Puting di Kabupaten Kotawaringin Barat yang terkenal didunia dengan orangutannya.

Kemudian Taman Nasional Sebangau di Palangka Raya dengan wisata air hitamnya hingga Taman Nasional Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (TNBBBR) di Kabupaten Gunung Mas tempat pelepasliaran orangutan, wisata hutan kota di Kabupaten Katingan hingga tempat penangkaran penyu langka di Tanjung Kaluang, Kabupaten Kotaearingin Barat.

Saat ini yang perlukan melakukan pembenahan wisata di Kalimantan Tengah hanya kemauan dan kemampuan.

Sejumlah Langkah bisa dilakukan untuk menguatkan struktur industri pariwisata melalui penguatan fungsi, hubungan antar mata rantai.

Strategi untuk penguatan ini ini bisa dilakukan dengan menguatan hubungan hubungan saling menguntungkan antar industri wisata sejenis dengan menghindari persaingan.

Kemudian penguatan mata rantai meningkatan nilai tambah bagi pelaku usaha wisata yang melibatkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Dan yang tak kalah penting yakni pemanfaatan media massa, media soal untuk melakukan pencitraan (personal branding) terhadap industri wisata yang akan dijual kepada wisatawan.

Dengan kemauan, kemampuan serta sinergitas semua pemangku kepentingan,  maka taka ada yang sulit untuk mengembangkan industi wisata di Kalimantan Tengah(KARANA W/ Tulisan wartawan kontenkalteng.com  ini juara I  lomba karya Tulis FKM Bank Indonesia Perwakilan Kalteng)