OPINI : Menghadapi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah

Ilustrasi Pertambangan Batubara (unsplash)

kontenkalteng.com, Palangka Raya - Pertumbuhan perkonomian di Kalimantan Tengah pada semester I dan II Tahun 2023 sepertinya masih harus melalui jalan terjal, penuh onak dan batu. Diperlukan cara dan strategi dari semua pemangku kepentingan (stakeholders) agar kondisi ini tak semakin terpuruk. 

Baca juga: Wagub Sampaikan Pidato Pengantar Gubernur Kalteng

Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Kalimantan Tengah mencatat, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada Triwulan I Tahun 2023 tercatat 3,22% (year on year/yoy).

Kondisi ini melambat bila dibandingkan dengan triwulan IV pada Tahun 2022 yang tumbuh 5,70% (yoy). Perlambatan kembali terjadi pada triwulan II 2023 yang hanya tumbuh 2,96% (yoy).

Secara regional pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Tengah bahkan lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan nasional yang mencapai 5,03 (yoy) dan Kalimantan 5,79%.

Keadaan ini berbanding terbaik bila dibanding dengan tahun sebelumnya. Tercatat pada pada triwulan III Tahun 2022, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah meroket hingga 6,74 % (yoy).

Kala itu pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah memang paling moncer diantara empat provinsi lainnya di Kalimantan seperti  8,48% (yoy) , Kalsel 5,59% (yoy), Kaltim 5, 28% (yoy) dan Kaltara 5,39% (yoy).

Permasalahan yang Terjadi 

Terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Tengah pada Triwulan I dan II Tahun 2023 tak lepas dari mulai meredupnya dua sektor andalan  penggerak roda perekonomian di  Kalimantan Tengah yaitu pertambangan  batubara dan bauksit.  

Padahal batubara atau sering disebut dengan  Brown Economy (ekonomi coklat) dan bauksit  merupakan penghasil ‘cuan’ yang utama  bagi Kalimantan Tengah selain Crude Palm Oil (CPO) yang dihasilkan oleh kelapa sawit.

Data Bank Indonesia Kantor Perwakilan  Kalimantan Tengah menyebutkan, cadangan batubara Kalimantan Tengah pada Tahun 2022 sebesar 1,9 miliar ton, pangsa eskpor mencapai 74%  ($ 3,96 M).

Masalahnya, saat ini pada kedua hasil tambang ini sedang terjadi kendala, yakni ekspor bauksit ini kembali terkontraksi seiring dengan hilangnya potensi ekspor bauksit. Kondisi ni kemudian disusul dengan melemahnya permintaan batu bara dari negara mitra dagang.

Akibatnya perusahaan yang selama ini melakukan ekspor keluar negeri terpaksa harus mengentikan kegiatannya karena ada pemberlakukan larangan ekspor bauksit yang akan diberlakukan mulai Bulan Juni 2023.

Keadaan ini diperparah lagi dengan melemahnya permintaan batubara yang disebabkan peningkatan ekspor oleh negara pesaing serta peningkatan produksi domestik negara mitra dagang.

Diperkirakan kondisi produksi batubara akan menurun pada triwulan II 2023 seiring dengan meningkatnya produksi batubara domestic Tiongkok dan India serta kembali dibukanya keran impor batubara Australia ke Tiongkok.

Seiring dengan permintaan batubara global diperkirakan mengalami perlambatan terutama, di tengah semangat global menuju green economy, sementara di sisi lain stok batu bara yang banyak itu masih bisa dijual, maka  perlu dikurangi emisi karbon yang dikeluarkan. Di sinilah perlunya dilakukan hilirisasi sehingga mampu mengatasi potensi penurunan permintaan batu bara kedepan.

Contoh hilirisasi yang bisa dilakukan antara lain: Coal Gasifikasi atau proses konversi batubara menbjadi produk gas yang dapat digunakan untuk bahan bakar atau bahan baku industri kimia.  Produk hilisasinya yakni methanol dan DME.

Sebenarnya kondisi melemahnya pangsa pasar batubara dan bauksit ini masih bisa atasi yakni dengan kemauan pemerintah untuk membuka banyak sektor ekonomi baru bisa yang digarap dan kembangkan, numun sayangnya kesannya malah ‘setengah hati’ untuk memulainya.

Contohnya, dengan melakukan bekerjasama bersama pihak lainnya, pemerintah bisa mengembang industri pariwisata yang tersebar di 14 Kabupaten dan Kota se- Kalimantan Tengah.

Taman Nasional Tanjung Puting di Kabupaten Kotawaringin Barat, Taman Nasional Sebagau yang terbentang dari Palangka Raya hingga Kabupaten Katingan  dan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (TNBBBR) di Kabupaten Gunung Mas adalah salah satu contoh pengembangan wisata yang bisa dikembangkan dan  digarap secara serius.

Pengembangan pariwisata tentu sangat penting karena dapat mendorong pemulihan ekonomi daerah lebih cepat. Ini karena pariwisata bersifat inklusif dan dapat mendorong pengembangan ekonomi di berbagai sector.

Pengembangan pariwisata tidak hanya berpengaruh pada  sektor akomodasi dan makan minum, namun geliat pariwisata juga dapat mendorong permintaan pada sektor pertanian, transportasi hingga perdagangan produk Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) seperti kerajinan pembuatan tangan dari bahan kulit dan rotan  dan purun hingga makanan olahan khas Kalimantan Tengah.

Tak hanya itu, sarang burung walet di Kalteng juga akan memberikan tambahan pemasukan pendapatan Asli daerah (PAD) bagi daerah ini yang nilainya cukup fantastis hingga triliunan rupiah.

Data Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kalimantan Tengah mencatat, saat ini harga hasil sarang burung walet tanpa diolah (tanpa dibuang bulunya)  mencapai Rp 8 -13 juta per kg. Sedangkan bila diolah (bulunya dibersihkan) harganya bisa dua kali lipatnya yakni kisaran Rp. 20 - 28 juta per kg.

Di Kabupaten Kotawaringin Barat ada sebanyak 9.500 gedung tempat penangkaran sarang burung walet dan ini akan memberikan pemasukan bagi daerah bila sungguh sungguh dikelola.  Dengan optimalisasi pengolahan dan pemasaran terhadap komoditas tersebut diharapkan tercipta lapangan kerja baru, juga sekaligus menambah kontribusi UMKM bagi ekonomi daerah

Langkah Konkret yang dilakukan 

Saat ini sejumlah pihak termasuk Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kalimantan Tengah telah berupaya untuk kembali menggiatkan sektor ekonomi baru yang kelak diharapkan akan bisa meningkatkan perekonomian Kalimantan Tengah dengan tujuan akhir membuka lapangan pekerjaan baru dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. 

Sejumlah langkah untuk membantu pengembangan pariwisata di Kalimantan Tengah antara lain melalui  Program Sosial Bank Indonesia (PSBI), peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM)  Pariwisata hingga dukungan penyelenggaraan even  dan pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) di kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng.

Selain itu, pada Tahun 2022, bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Kalteng,  menginisiasi peluncuran etalase digital belanjakalteng.com.

Masih ditahun yang sama, pada tanggal  4-7 Agustus  di Palangka Raya  diselenggarakan Pesona Tambun Bungai (PTB) dengan dua agenda event yakni Festival UMKM dan Event Festival Pariswisata untuk mendorong agar Usaha Mikro, Kecil dan  Menegah (UMKM) Kalimantan Tengah untuk menembus pasar global. Peserta terutama bergerak dibidang wastra atau produk hasil kain, kriya atau produk hasil kerajinan tangan dan produk kuliner lokal

Pada PTB ini peserta yang ikut sebanyak 39 UMKM dan 11 mitra dan ada 9 produk olahan yang ditawarkan antara lain 55 produk fresh food, 55 produk madu, 14 produk furniture, 789 produksi aksesoris, 861 produk kain, 212 produk anyaman, 513 produk kopi dan 2.014 produk camilan.

Dari empat hari penyelenggaran, total transaksi penjualan dalam pemeran UMKM pada PTB tersebut sebesar Rp 431.345.200 serta  hasil produksi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang berhasil terjual mencapai 6.637 produk.

Kemudian pada tanggal 3-6 Mei 2023 kembali diselenggarakan Festival Ekonomi dan Keuangan Syariah (FESyar) Kalteng 2023.

Untuk memudahkan masyarakat melakukan transaski non tunai, Bank Indonesia akan terus berupaya untuk mengenalkan Quick Response Code Indonesian Standard atau QRIS dari sisi manfaat dan keuntungannya melalui sosialisasi dan edukasi secara langsung kepada pedagang dan masyarakat yang belum mengenal QRIS selama Pasar Wadai (kue) saat Bulan Suci Ramadhan berlangsung.

Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kalimantan Tengah mencatat, transaksi non-tunai menggunakan QRIS secara tahunan pertumbuhan jumlah merchant QRIS di Kota Palangka Raya meningkat 116%, dari hanya 14.993 merchant pada Maret 2021 menjadi 32.333 merchant pada Maret 2022.

Peningkatan yang signifikan ini menunjukkan penggunaan alat pembayaran menggunakan QRIS di Palangka Raya telah diterima masyarakat dengan baik dalam mendukung aktivitas ekonomi masyarakat sehari-hari.

Menembus Pasar Luar Negeri

Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kalimantan Tengah terus melakukan terobosan dalam upaya untuk mendorong ekspor dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Provinsi Kalteng menembus pasar dunia. Salah satu yang dilakukan yakni dengan berkerjasama dengan Perwakilan Bank Indonesia Luar Negeri (LN) hingga melakukan program latihan.

Kerja sama dilakukan dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di luar negeri seperti di Singapura, Beijing, Tokyo, London, dan New York dan atase perdagangan di luar negeri. Dengan cara ini diharapkan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah menjadi lebih baik.(KARANA WIJAYA WARDANA)